Ibu adalah sosok makhluk yang paling berjasa atas keberadaan kita di
dunia ini setelah ayah. Tidak terhitung berapa kali beliau sakit karena
mengurus kita dan berapa kali juga kita telah menguras air mata beliau atas
tingkah laku yang diperbuat. Mulai dari mengandung, menyusui, menggendong,
memandikan, membesarkan, dan memberikan pendidikan pertama (al-madrosatul ula).
Beliau sama sekali tidak memperhitungkannya saat renta dan kita sudah dewasa.
Beliau tidak pernah meminta balas budi dari anaknya dan tidak pula merasa rugi
telah membesarkan walau terkadang banyak anak yang lupa pada kebaikan ibunya. Naudzubillah,
sungguh dosa yang amat besar ketika anak lupa pada kebaikan kedua orang tuanya.
Lebih-lebih pada ibu yang telah mengandungnya.
Tidak
sedikit ayat atau hadits nabi yang menyinggung tentang kewajiban anak untuk
patuh pada kedua orang tuanya. Bahkan beberapa hadits menyebutkan secara khusus
tentang “kedudukan” seorang ibu. Maksud kedudukan ini adalah bahwa ibu harus
lebih didahulukan dalam segala hal daripada yang lain, termasuk ayah. Ibu tetap menjadi number one.
Diantara hadits tersebut adalah riwayat dari Abu Hurairah ra :
قال رجل: يا رسول الله، أي الناس أحق مني بحسن الصحبة؟ قال: (أمك).
قال: ثم من؟ قال: (أمك). قال: ثم من؟ قال: (أمك). قال: ثم من؟ قال: (أبوك).
Bahwa ada seorang laki-laki yang
bertanya pada nabi perihal siapa yang paling berhak untuk digauli dengan sebaik
mungkin? Nabi Muhammad Saw. Menjawab : Ibumu. Diulang lagi pertanyaan tersebut
dan jawabanya tetap “ibumu” hingga tiga kali yang jawabannya tetap ibumu hingga
yang terakhir kali adalah “ayahmu”. Ini menandakan betapa besar pengorbanan ibu
demi kehadiran kita ke alam dunia. Tentunya hadits ini bukan bermaksud untuk
mengesampingkan peran seorang ayah. Akan tetapi bagaimanapun tidak yang lebih banyak
berjuang bahkan sampai mempetaruhkan nyawa adalah seorang ibu.
Banyak
cara yang dapat kita lakukan untuk berbakti pada kedua orang tua. Salah satunya dengan cara mengikuti dan menjalankan
semua perintahnya selama tidak menyuruh perkara maksiat, Mengedepankan perintah
keduanya dibandingkan ibadah sunnah. Bahkan kita mungkin sudah familiar
dengan kisah Sayyidina Juraij yang difitnah telah berzina karena
doa ibunya yang kesal saat ia dipanggil
namun tidak menanggapi. Padahal beliau waktu itu dalam keadaan sholat sunnah.
Dalam artian utamakan panggilan orang tua dibandingkan sholat sunnah atau
ibadah sunnah yang lain.,
Juga kita harus menjahui larangannya,
menafkahi keduanya, dan sangat mengedepankan perhatian pada keduanya
dibandigkan yang lain walaupun pada istri atau suami kita. Kita tahu cerita
nyata Sahabat Al-Qomah yang hampir mati tidak membawa iman karena telah membuat
kesal ibunya. Walaupun sebenarnya sahabat Al-Qomah tidaklah melakukan kesalahan
yang sangat fatal pada orang tuanya. Beliau seperti itu karena sedikit lebih
memperhatikan istrinya sehingga sang ibu
merasa sakit hati dan mendoakan yang kurang baik baginya.
Juga
kita hendaknya berakhlaq mulia pada keduanya (berbahasa yang baik : Madura,
Aparpesan), tidak menyaringkan suara di depan keduanya, tidak memanggil
keduanya dengan sebutan nama (sangat baik sekali tradisi orangmadura yang
memanggil dengan sebutan nama anak yang tertua), tidak mendahului keduanya saat berjalan, bersabar diri
atas semua perlakuan atau perkataan keduanya yang kurang nyaman pada kita.
Selain ini masih banyak yang dapat kita lakukan sebagai bukti bakti kita pada
kedua orang tua. Utamanya pada seorang ibu.
Mari
kita merenung sejenak, berapa kali kita sudah menyakiti hati orang tua?, seberapa sering kita selalu
mengesampingkan keduanya?, lantas, apa saja yang telah kita perbuat untuk
keduanya sebagai rasa terimakasih walaupun tidak akan pernah bisa membalas
kebaikan yang seimbang pada keduanya? Sungguh perintah berbuat baik pada kedua
orang tua dalam Al-Quran bersamaan dengan perintah beribadah kepada Allah SWT. (وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا) dan perintah
berterimakasih pada keduanya bersamaan dengan perintah bersyukur
pada Allah SWT. (أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ). Ini
menandakan keutamaan berbuat baik pada kedua orang tua sehingga Allah SWT. menyandingkannya
dengan kewajiban makhluk untuk menyembah
dan bersyukur pada-Nya.
Terakhir,
cukup Legenda Malin Kundang sebagai contoh dari masa lalu. Kisah tersebut tidak
perlu kita perbaharui. Naudzubillah. Cukup jadikan contoh yang tak perlu
ditiru dan sebagai pengingat diri. Semoga kedua orang tua kita selalu dalam limpahan rahmat-Nya.
Aamiin.
Mambaul Ulum Ganding,
22 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar